Belajar Membatik di Nusantara Bertutur


Cerpen Anak Belajar Membatik dimuat di Kompas Klasika Nusantara Bertutur edisi Minggu, 04 Oktober 2015

Assalamu'alaikum, Sahabat Khansa ^_^

Alhamdulillah. Hari ini saya kembali membawa berita bahagia. Kabar ini datang dari NuBi. Salah satu rubrik di Harian Kompas yang sedang giat-giatnya melestarikan budaya mendongeng lewat #GerakanSumbangDongeng.

Naskah ini saya kirim di hari jelang deadline. Kan lebih dekat lebih baik ;)
Sensasi diburu deadline itu amazing sekali, lho!

Saya copy paste versi asli naskah Belajar Membatik, ya. Setelah membaca ini, semoga banyak pelajaran yang bisa diambil. Jadi, kita makin paham keinginan NuBi untuk #GerakanSumbangDongeng-nya itu seperti apa. Kan nggak kenal maka nggak sayang. Supaya sayang dan disayang NuBi, so kudu kenalan dulu!

dimuat di Kompas Klasika Nusantara Bertutur edisi Minggu, 04 Oktober 2015


Atik Belajar Membatik
Oleh: Karunia Sylviany Sambas

Sabtu sore ini, Atik berkunjung ke rumah Nenek di Sekoja, Jambi. Saat ini Nenek sedang bercengkerama dengannya. Atik menceritakan tentang kegiatan di sekolah.

“Ohya, Nek. Waktu tas sekolah teman Atik koyak, teman-teman menertawai dia. Kasihan sekali, Nek.”

“Atik tidak ikut-ikutan menertawai, kan?” tanya Nenek.

Atik menggeleng kuat-kuat.

“Mengejek orang lain itu kan perbuatan tidak baik, ya, Nek.”

Nenek mengangguk sambil tersenyum.

Atik melihat sebuah tas yang tergantung di dekat mesin jahit Nenek.

“Nek, tas itu bagus, ya. Coraknya batik. Teman-teman Atik belum ada yang punya begitu.”

Nenek menoleh.

“Tas batik itu buatan Nenek. Kainnya Nenek beli langsung dari sanggar batik,” jelas Nenek.

“Nek, Atik juga mau tas seperti itu. Nanti Atik akan berikan pada teman Atik yang tasnya koyak.”

Nenek tersenyum lagi.

“Hati cucu Nenek sungguh baik.”

Esoknya, Atik dan Nenek pergi ke sanggar batik. Pemilik sanggar batik ini bernama Bu Hanum. Beliau adalah teman sekolah Nenek.

Di sana banyak anak seusia Atik yang sedang membatik.

“Batik tulis Jambi memiliki ciri khas yang unik dan menarik. Baik dari segi warna maupun motif. Sebagian besar pewarna batik Jambi diambil dari bahan-bahan alami, yaitu campuran dari aneka kayu dan tumbuh-tumbuhan yang ada di Jambi, seperti getah kayu lambato dan buah kayu bulian, daun pandan, kayu tinggi dan kayu sepang,” jelas Bu Hanum.

“Kamu ingin belajar membatik?” tawar seorang anak seusia Atik.

Nenek tersenyum dan mengizinkan. Nama anak itu Dilla. Dia adalah cucu Bu Hanum. Sambil menunggu Atik, Nenek bercengkerama dengan Bu Hanum.

Dilla mengajari Atik membatik.

Mula-mula, ia meletakkan kain putih seukuran sapu tangan pada sebuah benda yang disebut gawangan. Sudah ada pola berbentuk bunga di kain itu. Dengan gawangan, kain jadi tidak bergerak dan mudah untuk dibatik.

Lalu, Dilla mengambil lilin dengan menggunakan canting. Canting adalah alat yang digunakan untuk membuat motif batik. Lilin tadi sudah dicairkan di dalam sebuah wajan kecil. Secara perlahan, Dilla menggoreskan canting mengikuti pola. Dari urutan atas ke bawah. Sesekali, Dilla meniup-niup ujung canting.

“Ini cara agar lubang canting tidak tersumbat lilin, Tik,” jelas Dilla.

Sambil membatik, Dilla mengajak Atik bicara.

“Batik adalah salah satu warisan budaya bangsa kita. Buktinya, UNESCO sudah mengukuhkan batik Indonesia sebagai warisan budaya dunia,” ucap Dilla dengan nada bangga.

UNESCO itu United Nations Educational Scientific and Cultural Organization, sebuah badan organisasi dunia yang menangani masalah pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. Atik pernah belajar ini di sekolah.

Setelah membatik, selanjutnya proses pewarnaan sesuai warna yang diinginkan. Selesai diwarnai, lilin tadi dilorotkan. Kain dibilas lalu dijemur.

Karena hari sudah agak siang, Atik pamit pulang. Nenek juga sudah membeli kain batik untuk membuat tas.

Atik berterima kasih pada Dilla. Kini ia jadi tahu banyak tentang batik. (***)

Hikmah Cerita
Bangga menjadi anak Indonesia sekaligus mencintai batik sebagai salah satu warisan budaya.


Sebagai bahan belajar, silakan Sahabat Khansa bandingkan antara naskah asli dengan naskah yang dimuat, ya.

Bagi Sahabat Khansa yang ingin mengirim naskah cerpen anak #GerakanSumbangDongeng ke Kompas Klasika Nusantara Bertutur, silakan klik di sini. Selamat mengirim. Semoga sukses! ^_^


Semoga bermanfaat.


Wassalamu'alaikum.
Karunia Sylviany Sambas
Karunia Sylviany Sambas
Karunia Sylviany Sambas Saya adalah seorang tenaga kesehatan yang suka menulis, membaca dan mempelajari hal-hal baru. Alamat surel: karuniasylvianysambas@gmail.com Selain di sini, saya juga menulis di Rekam Jejak Sang Pemimpi, Ketika Jejakku Menginspirasimu, Berlayar & Menambatkan Impian, Meniti Jembatan Impian, Jejak Inspirasi Sylviany, Cakrawala Baca Sylvia

6 komentar untuk "Belajar Membatik di Nusantara Bertutur"

  1. Wah, keren, Mbak Nia. Hmm, editannya lumayan juga, ya? Banyak yang dipotong. Makasih, ya, sudah sharing. Jadi semangat lagi nulis buat Nubi, insyaaAllah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, Mbak Indah. Alhamdulillah, pihak redaksi berkenan mengedit dan menayangkannya di NuBi. Karena naskah ini pula saya jadi banyak sharing dengan pihak redaksi. Banyak belajar supaya lebih baik lagi di tulisan berikutnya. ^_^

      Semangat, Mbak Indah! Makasih buat kunjungannya, ya, Mbak.

      Hapus
  2. terima kasih ya infonya jadi redaksi maunya ngeditkan. selamat ya, doakan aku juga bisa dimuat :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama, Uni Naqiy :) Ya, Uni. Bila naskah sudah sesuai kriteria, pihak NuBi dengan senang hati mengeditkan cerita kita, Uni.

      Terima kasih banyak, Uni. Aamiin. Semangat, Uni! ^_^

      Hapus
  3. Balasan
    1. Hihihi :D Pengen ikut jejak kemantapan Mbak Izzah nih. Aamiin. Doa yang sama buat Mbak, ya ;)

      Hapus

Terima kasih buat kunjungannya. Semoga menginspirasi.
Silakan tinggalkan komentar di bawah postingan ini.

Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.