Penulis : Ummu Rumaisha (Ririn Rahayu Astuti
Ningrum)
Penerbit : al-Qudwah Publishing
Cetakan : I, 2015
Tebal : 256 halaman
ISBN : 978-602-317-023-4
Kerasnya kehidupan telah berhasil
menempa kekuatan cinta umat generasi terdahulu. Tanpa jeda dan syarat. Sangat
disayangkan, pada kenyataannya sekarang generasi muda kurang mengidolakan
tokoh-tokoh hebat ini, generasi Rasulullah SAW dan para sahabat.
Buku setebal 256 halaman ini
menghadirkan kisah-kisah menggugah. Kisah para sahabat dan sahabiyah sebagai
pengingat langkah betapa Islam pernah berjaya. Umat terdahulu menunjukkan
cintanya yang begitu besar pada Allah, Rasul, agama dan orang terkasih. Rasa
cinta yang menggelora, penuh semangat dan keikhlasan luar biasa mengantarkan
mereka pada gerbang cinta sejati. Sungguh pantas sikap heroik mereka dijadikan
suri teladan bagi generasi kekinian.
Adalah Julaibib, seorang pemuda
buruk rupa yang menjadi rebutan para bidadari. Dikisahkan, Julaibib dinikahkan
Rasulullah SAW dengan seorang gadis cantik. Baru saja menikah, tiba-tiba
Julaibib mendapat panggilan jihad.
“Wahai istriku, berilah keridhaanmu
atas keberangkatanku ke medan perang. Sungguh, aku bahagia bersamamu. Hatiku
penuh dengan cinta. Namun cintaku kepadamu, bukankah tak sepantasnya melebihi cintaku
pada panggilan-Nya?”
Julaibib
berangkat ke medan pertempuran dengan hati haru. Namun semangat besar
berkecamuk. Ia mati syahid. Saat Julaibib selesai dimakamkan, terjadilah
peristiwa yang menakjubkan. Rasulullah berucap :
“Bidadari yang menjemput Julaibib
begitu banyak. Mereka saling berebut. Ada yang meraih tangannya dan ada pula
yang meraih kakinya, hingga salah satu dari bidadari-bidadari itu tersingkap
kainnya dan terlihat betisnya.”
Para
sahabat terkesima. Mereka kagum dengan Julaibib yang buruk rupa, namun mulia di
mata Rabb-nya (halaman 39).
Ada
lagi kisah tentang suri teladan seorang pemimpin. Ia adalah Khalifah Umar bin
Khathtab. Pada masa kepemimpinannya, beliau sangat memperhatikan rakyat beserta
wilayah yang dipimpin.
Adalah
seorang Nenek yang tidak menyadari kehadiran Amirul Mukminin di rumahnya.
“Semoga
Allah tidak memberikan ganjaran kebaikan kepada Umar.”
Setelah
Umar bertanya, ternyata si Nenek berkata bahwa sang Amirul Mukminin tidak
pernah datang ke rumah dan memberinya uang (halaman 127).
Maka,
Umar membeli dosanya tersebut. Ia memberi uang senilai 25 dinar pada si Nenek.
“Kasihan
Khalifah Umar jika kelak menanggung siksa di akhirat karena kelalaiannya
terhadapmu.”
Pada
masa kekhalifahannya, Khalifah Umar juga melakukan renovasi Masjidil Haram dan
Masjidil Nabawi.
Kehidupan
Umar sungguh jauh dari kehidupan berfoya dan bermegahan. Sangat berbeda dengan
gaya hidup penguasa lain sezamannya.
Buku
terbitan al-Qudwah Publishing ini memuat 77 kisah. Seperti judulnya, 77 Cahaya
Cinta di Madinah. Kisah cinta disajikan cukup singkat. Sekitar dua sampai tiga
halaman. Kisah yang disuguhkan tepat mengena. Beberapa referensi foto di akhir
cerita menjadikan buku ini kian menarik.
Dengan
sebuah label bertuliskan kisah nyata, buku ini menyerukan misi indah, yakni
mengembalikan kemilau kisah heroik dan motivatif di hati kaum muda, membuat
kisah-kisah uswatun hasanah terus diingat, dan menjadikan para sahabat dan
sahabiyah sebagai idola. (***)