Temukan Warna Hijau di Tribun Kaltim

Daftar Isi
Temukan Warna Hijau di Tribun KaltimRubrik senggang Harian Tribun Kaltim memuat naskah resensi saya. 

Resensi Buku Temukan Warna Hijau dimuat di Harian Tribun Kaltim edisi Minggu, 18 Januari 2015 

dimuat di Harian Tribun Kaltim

Ungkapan Cinta Lingkungan Para Remaja
Oleh Karunia Sylviany Sambas

Judul : Temukan Warna Hijau
Pemrakarsa : Reni Erina
Penerbit : PT Elex Media Komputindo, Jakarta
Cetakan : I, 2014
Tebal : x + 154 halaman
ISBN : 978-602-02-4207-1

Alam adalah lingkungan di mana kita tinggal dan tumbuh. Menjaganya dengan sepenuh cinta adalah kewajiban. Betapa alam sangat mencintai kita dengan cinta yang tak habis-habisnya.

Temukan Warna Hijau merupakan salah satu seri Cekers Go Green Antologi Cinta Lingkungan. Kehadiran antologi ini diprakarsai oleh Reni Erina, seorang penulis yang sangat concern terhadap dunia literasi dan remaja. Beliau juga pernah mengasuh sebuah majalah remaja nasional.

Melalui buku setebal 154 halaman ini, pembaca diajak membuka sisi lain dari remaja yang acap kali berbicara cinta. Buku ini berhasil menguak fakta, bahwa dunia remaja yang penuh cinta itu tak melulu berbicara asmara, tetapi juga cinta alam.

Buku ini berisi 14 cerpen karya terbaik peserta ajang Antologi Teenlit Asyik Cinta Lingkungan, yang diselenggarakan oleh sebuah ajang penulisan di grup jejaring sosial facebook, Erin n Friends. Seperti tema yang diusungnya, melalui keempatbelas cerpen ini, para penulis menunjukkan kepedulian dan kecintaan terhadap sekitar. Namun tetap tak meninggalkan ciri khas dunia remaja.

Buku ini diawali dengan cerpen Natronilove karya Hilal Ahmad. Dalam cerpen ini diceritakan sebuah tempat bernama Natron, yang diperuntukkan bagi makhluk yang tak mencintai alamnya.

Konflik dalam cerpen ini dimulai saat sepasang remaja—Lorde dan Rasta--yang berlainan pandangan; satu pencinta alam dan satunya tak pedulian, disatukan dalam misi merebut piala Adiwiyata. Tentu bukan hal mudah melaksanakan sebuah tugas dalam tim yang tak dapat bekerjasama. Melalui sebuah mimpi, Lorde akhirnya mengetahui maksud dari Natron, kata yang sering diucapkan Rasta.

Lorde memekik. Tak jauh dari tempatnya berdiri seekor elang menatapnya tak berkedip. Di sisi lain, angsa yang mengangkat satu kakinya melakukan hal serupa. Tatapan mereka hampa. Bangau itu, elang itu, seperti meminta tolong (halaman 7).
“Selamat datang di Natron!” Lorde mencari sumber suara. “Inilah tempat bagi makhluk yang tak mencintai alamnya” (halaman 7).

Walaupun dimulai dengan pembukaan yang agak klise, cerpen ini berhasil ditutup dengan ending yang cukup mengejutkan.

Cerpen lainnya adalah karya Ilalang_ps yang bercerita tentang alang-alang yang jatuh cinta pada manusia. Saking cintanya, ia bahkan rela memutuskan untuk terluka demi terus bersama lelaki pujaannya.

“Jika mencintainya akan menjadi sebuah luka, aku akan berbahagia hidup dengan luka itu” (halaman 21).

Penulis cukup apik menuliskan ceritanya. Pembaca mungkin tidak menyangka bahwa tokoh aku dalam cerpen tersebut bukan manusia melainkan setangkai alang-alang.

Meski demikian, rasa cinta lingkungan—seperti tema yang diangkat—kurang tereksekusi dengan baik dalam cerpen ini.

Lain lagi cerpen yang ditulis oleh Aya Maulia. Cerpennya yang berjudul Temukan Warna Hijau sekaligus judul buku ini, menyuguhkan kisah tentang Yo Nevil, seorang siswa SMA, yang jatuh cinta pada sosok gadis yang mencintai bunga-bunga. Suatu ketika, ia memberanikan diri mengutarakan perasaannya. Sayangnya, gadis itu menolak! Kesal dengan penolakan itu, Yo tega merusak taman milik sang gadis. Tepat pada saat itu sosok asing muncul dengan bazooka-nya!

Aduh! Ada moncong bazooka tepat di depan hidungku. Melebarkan pandanganku, kudapati bocah sekitar usia tiga belas tahun pirang bermata biru tengah menodongku dengan senjata api. Tunggu. Senjata api? Dari mana dia datang? Siapa dia? Sejak kapan ia ada di sana? Dedemit? (halaman 27).

Cerpen bergenre futuristik ini ditulis dengan perpaduan cinta remaja dan alam yang cukup baik. Pesan moral yang disampaikan sederhana dan tepat mengena.

“Ya, cuma merusak kebun. Cuma membuang sampah, cuma membuang sedikit limbah, cuma menebang sedikit pohon, dan masih banyak ‘cuma’ lainnya. Semua orang sepertimu tak memiliki kesadaran hingga harus dipukul dengan undang-undang. Menyebabkan anak-cucunya sengsara (halaman 32).

Cerpen lain dalam buku ini akan membuat kita menyadari bahwa banyak cara mengekspresikan cinta pada lingkungan. Menjaga alam adalah kewajiban dan tanggung jawab bersama.

Terlepas dari beberapa cerpen yang masih terasa kurang dalam penggarapan tema, buku ini mampu menginspirasi para pembaca untuk semakin peduli pada nasib bumi di masa mendatang. 
Karunia Sylviany Sambas
Karunia Sylviany Sambas Saya adalah seorang tenaga kesehatan yang suka menulis, membaca dan mempelajari hal-hal baru. Alamat surel: karuniasylvianysambas@gmail.com Selain di sini, saya juga menulis di Rekam Jejak Sang Pemimpi, Ketika Jejakku Menginspirasimu, Berlayar & Menambatkan Impian, Meniti Jembatan Impian, Jejak Inspirasi Sylviany, Cakrawala Baca Sylvia

Posting Komentar