Ungkapan Cinta Lingkungan Para
Remaja
Oleh Karunia Sylviany Sambas
Judul : Temukan Warna Hijau
Pemrakarsa : Reni Erina
Penerbit : PT Elex Media Komputindo, Jakarta
Cetakan : I, 2014
Tebal : x + 154 halaman
ISBN : 978-602-02-4207-1
Alam adalah lingkungan di mana kita
tinggal dan tumbuh. Menjaganya dengan sepenuh cinta adalah kewajiban. Betapa
alam sangat mencintai kita dengan cinta yang tak habis-habisnya.
Temukan Warna Hijau merupakan
salah satu seri Cekers Go Green
Antologi Cinta Lingkungan. Kehadiran antologi ini diprakarsai oleh Reni Erina,
seorang penulis yang sangat concern
terhadap dunia literasi dan remaja. Beliau juga pernah mengasuh sebuah majalah
remaja nasional.
Melalui
buku setebal 154 halaman ini, pembaca diajak membuka sisi lain dari remaja yang
acap kali berbicara cinta. Buku ini berhasil menguak fakta, bahwa dunia remaja yang
penuh cinta itu tak melulu berbicara asmara, tetapi juga cinta alam.
Buku
ini berisi 14 cerpen karya terbaik peserta ajang Antologi Teenlit Asyik Cinta
Lingkungan, yang diselenggarakan oleh sebuah ajang penulisan di grup jejaring
sosial facebook, Erin n Friends. Seperti tema yang
diusungnya, melalui keempatbelas cerpen ini, para penulis menunjukkan
kepedulian dan kecintaan terhadap sekitar. Namun tetap tak meninggalkan ciri
khas dunia remaja.
Buku
ini diawali dengan cerpen Natronilove karya Hilal Ahmad. Dalam cerpen ini
diceritakan sebuah tempat bernama Natron, yang diperuntukkan bagi makhluk yang
tak mencintai alamnya.
Konflik
dalam cerpen ini dimulai saat sepasang remaja—Lorde dan Rasta--yang berlainan
pandangan; satu pencinta alam dan satunya tak pedulian, disatukan dalam misi
merebut piala Adiwiyata. Tentu bukan hal mudah melaksanakan sebuah tugas dalam tim
yang tak dapat bekerjasama. Melalui sebuah mimpi, Lorde akhirnya mengetahui
maksud dari Natron, kata yang sering diucapkan Rasta.
Lorde
memekik. Tak jauh dari tempatnya berdiri seekor elang menatapnya tak berkedip.
Di sisi lain, angsa yang mengangkat satu kakinya melakukan hal serupa. Tatapan
mereka hampa. Bangau itu, elang itu, seperti meminta tolong (halaman 7).
“Selamat
datang di Natron!” Lorde mencari sumber suara. “Inilah tempat bagi makhluk yang
tak mencintai alamnya” (halaman 7).
Walaupun
dimulai dengan pembukaan yang agak klise,
cerpen ini berhasil ditutup dengan ending
yang cukup mengejutkan.
Cerpen
lainnya adalah karya Ilalang_ps yang bercerita tentang alang-alang yang jatuh
cinta pada manusia. Saking cintanya, ia bahkan rela memutuskan untuk terluka
demi terus bersama lelaki pujaannya.
“Jika
mencintainya akan menjadi sebuah luka, aku akan berbahagia hidup dengan luka
itu” (halaman 21).
Penulis
cukup apik menuliskan ceritanya. Pembaca mungkin tidak menyangka bahwa tokoh
aku dalam cerpen tersebut bukan manusia melainkan setangkai alang-alang.
Meski
demikian, rasa cinta lingkungan—seperti tema yang diangkat—kurang tereksekusi
dengan baik dalam cerpen ini.
Lain
lagi cerpen yang ditulis oleh Aya Maulia. Cerpennya yang berjudul Temukan Warna
Hijau sekaligus judul buku ini, menyuguhkan kisah tentang Yo Nevil, seorang
siswa SMA, yang jatuh cinta pada sosok gadis yang mencintai bunga-bunga. Suatu
ketika, ia memberanikan diri mengutarakan perasaannya. Sayangnya, gadis itu
menolak! Kesal dengan penolakan itu, Yo tega merusak taman milik sang gadis.
Tepat pada saat itu sosok asing muncul dengan bazooka-nya!
Aduh!
Ada moncong bazooka tepat di depan
hidungku. Melebarkan pandanganku, kudapati bocah sekitar usia tiga belas tahun
pirang bermata biru tengah menodongku dengan senjata api. Tunggu. Senjata api?
Dari mana dia datang? Siapa dia? Sejak kapan ia ada di sana? Dedemit? (halaman 27).
Cerpen
bergenre futuristik ini ditulis dengan perpaduan cinta remaja dan alam yang
cukup baik. Pesan moral yang disampaikan sederhana dan tepat mengena.
“Ya,
cuma merusak kebun. Cuma membuang sampah, cuma membuang sedikit limbah, cuma
menebang sedikit pohon, dan masih banyak ‘cuma’ lainnya. Semua orang sepertimu
tak memiliki kesadaran hingga harus dipukul dengan undang-undang. Menyebabkan
anak-cucunya sengsara (halaman 32).
Cerpen
lain dalam buku ini akan membuat kita menyadari bahwa banyak cara
mengekspresikan cinta pada lingkungan. Menjaga alam adalah kewajiban dan
tanggung jawab bersama.
Terlepas
dari beberapa cerpen yang masih terasa kurang dalam penggarapan tema, buku ini
mampu menginspirasi para pembaca untuk semakin peduli pada nasib bumi di masa
mendatang. (***)
Be First to Post Comment !
Posting Komentar
Terima kasih buat kunjungannya. Semoga menginspirasi.
Silakan tinggalkan komentar di bawah postingan ini.
Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.