Aksi Tiki si Pemberani
Oleh
Karunia Sylviany Sambas
Tiki
Itik dan dua ekor saudaranya tinggal di sebuah kandang. Kandang itu cukup
nyaman untuk mereka bertiga. Tiap pagi dan sore si pemilik kandang selalu
menuangkan makanan untuk mereka ke dalam sebuah baki. Tiki dan kedua saudaranya
hanya perlu mengirimkan sebuah ‘alarm’ bila sang Tuan terlambat mengirim
makanan. Caranya, dengan mematuk-matuk pintu kandang yang terbuat dari seng.
Begitu mendengar suara ‘alarm’ itu, si pemilik kandang akan segera teringat
pada tugasnya.
Akhir-akhir
ini Tiki merasa keadaan di kandang sudah tidak nyaman. Ini karena kedatangan
seekor ayam betina hitam. Ayam itu milik tetangga. Ia tinggal di samping
kandang Tiki.
Si
Ayam Betina sudah berhasil membuat Tiki iri. Tiki iri karena ayam betina itu
bisa bertelur dan mengerami telur itu hingga menetas menjadi anak ayam.
Sedangkan Tiki hanya bisa bertelur saja. Tiki benar-benar iri. Ia ingin menjadi
lebih berguna di mata tuannya.
Petok ... petok ... petok ...
Si
Ayam Betina mulai berkotek lagi. Tiki benci mendengar kotekan itu. Setelah berkotek,
tak lama kemudian ia pasti akan bertelur.
Dua
orang anak kecil sedang memperhatikan si Ayam.
“Nanti
kalau anak ayamnya sudah banyak, kita jual, ya, Kak. Kan bisa nambah biaya
sekolah kita,” ucap seorang anak yang usianya kelihatan lebih muda.
Kedua
anak itu tersenyum memperhatikan ayam peliharaan mereka.
Tiki
makin sedih. Tidak mungkin ia bisa membantu tuannya seperti si Ayam, pikir
Tiki.
***
Malam
ini Tiki meringkuk di balik kandang. Sudah jauh malam, tapi Tiki masih sukar memejamkan mata. Langit sangat hitam pekat. Suara jangkrik terdengar
bersahut-sahutan. Ia memperhatikan kedua saudaranya, Tidi dan Timi. Keduanya
sudah memejamkan mata sejak tadi.
Tap ... tap ... tap ...
Terdengar
langkah lemah sesuatu. Tiki menegakkan kepalanya. Dan ia melihat sebuah
bayangan berjalan merangkak di atas dinding pembatas rumah.
“Siapa
itu?” tanya Tiki.
Ia
menyenggol tubuh Tidi dan Timi. Keduanya mengangkat kepala dengan malas.
“Ada
apa?” tanya Tidi dan Timi bersamaan.
“Lihat
itu! Ada sesuatu yang bergerak di sana.” Tiki menggoyangkan kepalanya, menunjuk
ke satu arah.
Bayangan
itu mulai mendekati pintu seng. Pintu seng itu langsung terhubung ke dapur sang
Tuan.
“Ssstt
... pelan-pelan,” terdengar suara dari balik pagar pembatas rumah.
Bayangan
itu menoleh dan mengangguk kemudian mulai merangkak lagi. Tiki makin curiga. Bayangan
hitam itu tidak membuka pintu seng. Ia merayap melalui samping pintu seng yang
tidak ada kawat besinya.
Tiki
membisikkan sesuatu ke telinga saudaranya. Lalu ....
Kwak ... kwak ... kwak ...
Suara
Tiki, Tidi dan Timi terdengar riuh. Tiki juga mematuk-matuk pintu seng
sekuat-kuatnya. Mendengar suara ribut-ribut, sang Tuan terbangun. Ia
mengarahkan senter ke dapur.
Prangg!
Terdengar
suara sesuatu yang jatuh. Lalu, bayangan hitam tadi membuka pintu seng dan
langsung naik ke dinding pembatas. Dengan sekali lompatan, ia turun.
Tiki
sempat melirik. Ada dua bayangan hitam yang berlari menuju semak kecil di
belakang rumah.
Ketiga
itik itu menghentikan aksinya. Terlihat sinar menerangi pintu belakang yang
sudah terbuka.
“Horeee
... Tuan sudah bangun! Horeee ...!”
Mereka
bersorak kegirangan.
Wajah
sang Tuan kelihatan cemas. Ia mengambil sesuatu yang terguling di lantai.
Sebuah tabung berwarna hijau. Itu tabung gas elpiji.
“Astaga!
Ada maling yang masuk ke rumah kita, Pak,” seru istri sang Tuan dengan raut
wajah gusar.
Setelah
merapikan barang yang berantakan dan menutup pintu seng, keduanya masuk kembali
ke rumah.
Tiki
dan kedua saudaranya lega. Mereka telah berhasil menggagalkan tindakan maling
gas tersebut. Tidi dan Timi melanjutkan tidur. Tiki juga mulai memejamkan mata.
Sementara
itu, si pemilik rumah masih berbincang di ruang tamu. Keduanya belum bisa tidur
memikirkan aksi nekat si maling.
***
Pagi
menjelang.
“Kata
Ibu dan Ayah, kalian sudah menggagalkan pencurian gas, ya, Tik?”
Itu
suara Tio, anak sang Tuan. Ia memang senang bercengkerama sambil menuang
makanan ke dalam baki.
“Terima
kasih, ya, Itik-itikku sayang. Kalian trio kwak-kwak yang pemberani.”
Apa
itu? Tio mengucapkan terima kasih? Tiki membuka pendengarannya lebar-lebar.
“Ohya,
aku senang sekali bisa sarapan pakai telur kalian setiap pagi. Apalagi kalau
diasinkan. Sedaaapp! Terus bertelur, ya.”
Tio
mengacungkan jempol.
“Terima
kasih, Itik.”
Tio
menutup kandang dan menghilang di balik dinding seng.
Tiki
jadi tersipu. Ternyata, telur-telur mereka sangat disukai oleh sang Tuan.
Tiki
tak bersedih lagi. Ia segera menuju kolam kecil dan ikut minum bersama Tidi dan
Timi.
Petok ... petok ... petok.
Suara
si Ayam Betina kali ini terdengar merdu sekali. (***)
waah,, keren iin mba Karunia, banyak ceritanya yang dibuat media :)
BalasHapusajariin dong :)
Alhamdulillah, Mbak. Masih terus belajar, Mbak. Saya malah mupeng dengan Mbak Eri yang udah banyak menoreh prestasi :)
Hapus