Review Film Tilik dan Cream, Sebuah Hiburan dan Perenungan

Assalamu’alaikum, Sahabat Khansa

Alhamdulillah, memasuki pekan kedua di ODOP Batch 8, nih. Tugas pekan ini adalah tentang review film pendek berjudul Tilik dan Cream. Sahabat Khansa sudah pernah menonton kedua film ini, belum? Kalau saya, nonton Tilik karena kebetulan lewat di beranda facebook. Ada seorang teman yang membagikan film tersebut. Kalau Cream, ya, karena tugas review ini. 😂

Nah, berikut review yang dapat saya bagikan terkait Tilik dan Cream


Tilik (2018)


Alur demi alur film berdurasi 32.34 menit ini akan membawa penonton pada sebuah percakapan yang lebih pas disebuh gibah, membicarakan aib orang lain. Adalah sosok Bu Tejo yang digambarkan sebagai sosok yang mendominasi cerita.

Adegan dibuka dengan sekelompok Ibu-Ibu yang menumpang bak terbuka sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit untuk menjenguk (tilik) Bu Lurah. Sepanjang perjalanan, para ibu ini terlibat gibah pada sosok Dian, kembang desa yang diisukan sebagai perempuan tidak baik.

Bu Tejo, memberikan fakta yang mendasari asumsinya pada Dian. Untuk mengimbangi Bu Tejo, ada sosok Yu Ning, yang sepertinya masih ada hubungan saudara dengan Dian. Bu Tejo menunjukkan laman sosial media yang mendasari ceritanya, sementara Yu Ning membalas dengan banyak berita hoaks yang beredar di internet. Ya, Bu Tejo dikisahkan sebagai seorang yang melek teknologi sedangkan Yu Ning sebaliknya.

Adu mulut ala gibah emak-emak mewarnai sepanjang adegan film. Sesekali ada juga bagian-bagian yang membuat penonton terhibur karena cukup menggelitik.

Dengan sebuah plot twist, film ini sangat menarik untuk dinikmati. Tentunya, tak ada gading yang tak retak. Mungkin banyak kontroversi yang ada setelah penayangan film ini, tetapi tentu ada pundi-pundi kebaikan yang bisa kita kutip di dalamnya.

Cream (2017)


Untuk memahami Cream, tak cukup hanya sekali menonton. Mungkin karena keterbatasan subtitle. Para peserta ODOP Batch 8 juga sampai mengadakan nobar (nonton bareng) untuk menyelesaikan review tugas ini.

Cream dibuka dengan adegan seorang profesor yang memperkenalkan produk yang ia beri nama Cream. Produk ini sangat ampuh memperbaiki noda wajah, hidung yang rusak, dan tangan yang diamputasi. Intinya, cream ini mampu menumbuhkan jaringan baru. Tak hanya untuk manusia, kemampuan istimewa cream juga berlaku untuk tumbuhan dan hewan, bahkan benda mati.

Menyadari keistimewaan cream ini, sekelompok orang (sepertinya kelompok orang berpengaruh besar) menyebarkan suatu isu melalui media. Akhirnya, cream tidak lagi diproduksi karena sang profesor harus mendekam di balik jeruji besi karena tuduhan merusak ilmu pengetahuan, membuat kemarahan, kepanikan dan membuang-buang waktu.

Menyaksikan film berdurasi 12.21 menit ini seperti mengajak kita berbicara tentang sebuah persekongkolan yang bahasa trennya konspirasi. Mengapa saya bisa mengambil kesimpulan demikian? Yuk, ah, Sahabat Khansa wajib nonton film ini supaya enggak penasaran.

Baik Tilik dan Cream, mengandung pesan moral yang dapat membuka cakrawala berpikir kita tentang suatu hal. Sahabat Khansa ada rekomendasi film lainnya? Yuk, berbagi cerita!
Karunia Sylviany Sambas
Karunia Sylviany Sambas Saya adalah seorang tenaga kesehatan yang suka menulis, membaca dan mempelajari hal-hal baru. Alamat surel: karuniasylvianysambas@gmail.com Selain di sini, saya juga menulis di Rekam Jejak Sang Pemimpi, Ketika Jejakku Menginspirasimu, Berlayar & Menambatkan Impian, Meniti Jembatan Impian, Jejak Inspirasi Sylviany, Cakrawala Baca Sylvia

2 komentar untuk "Review Film Tilik dan Cream, Sebuah Hiburan dan Perenungan"

Terima kasih buat kunjungannya. Semoga menginspirasi.
Silakan tinggalkan komentar di bawah postingan ini.

Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup.